Fatia Maulidiyanti (1): Anak Muda, Pemilu, dan Masa Depan Demokrasi

Nama Fatia Maulidiyanti belakangan ramai diperbincangkan. Sebabnya, ia dituduh mencemarkan nama baik Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhu Binsar Panjaitan. Tuntutan tersebut dilayangkan setelah keduanya membahas hasil penelitian terkait keterlibatan Luhut pada bisnis pertambangan di Blok Wabu, Papua.

Jaksa penuntut umum menilai Fatia dan Haris Azhar melanggar Pasal 3 juncto Pasal 45 ayat 3 Undang – Undang ITE, Pasal 14 ayat 2 UU Nomor 1 tahun 1946, Pasal 15 UU Nomor 1 tahun 1946, dan Pasal 310 KUHP tentang Penghinaan.

Fatia dikenal sebagai sosok yang vokal mengkritik siapapun yang semena-mena dan melanggar hukum. Di berbagai kasus di mana masyarakat biasa yang menjadi korban keswenang-wenangan penguas, Fatia kerap pasang badan.

Bagi Fatia, negara yang menganut sistem demokrasi haruslah menegakkan hukum setinggi-tingginya. Hukum tak boleh tajam ke bawah namun tumpul ke bawah. Pada Februari kemarin, KEMITRAAN berbincang dengan Fatia tentang masa depan demokrasi di Indonesia, kebebasan berekspresi, serta Pemilu 2024. Yuk, simak perbincangan lengkapnya di podcast berikut.