Beranda / Program

Adaptation Fund Project – Samarinda

EMBRACING THE SUN: Mendefinisikan Ulang Ruang Publik Sebagai Solusi Dampak Perubahan Iklim Global di Wilayah Perkotaan Indonesia

GAMBARAN

Proyek ini bertujuan untuk mengeksplorasi infrastruktur adaptasi banjir sebagai sebuah tipologi baru ruang publik untuk menghadapi adaptasi iklim, sehingga meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia dan meletakkan dasar ketahanan yang konkrit dalam menghadapi krisis iklim mengenai peran strategis ruang publik dalam mendukung masyarakat yang berada di lingkungan perkotaan. 

Penelitian terbaru membahas masalah kerentanan di ruang publik dan mengeksplorasi strategi ketahanan yang mengurangi desain sensitif air, yang diadopsi untuk meminimalisir. Semua tindakan yang dijelaskan bersifat reaktif; bertujuan untuk mengatasi dampak perubahan iklim.

Proyek ini mengadopsi pendekatan yang berbeda untuk menghadapi perubahan iklim, dengan fokus pada ruang publik sebagai infrastruktur yang ideal untuk menghadapi tantangan perubahan iklim, serta kunci elemen perkotaan dan sebagai sarana untuk keterlibatan masyarakat dan pendidikan tentang perubahan iklim. Melalui proyek ini, kami akan merumuskan konsep dan tipologi baru ruang publik sebagai dukungan infrastruktur terpadu bagi masyarakat lokal yang menghadapi kompleksitas dan tantangan berlapis yang disebabkan oleh perubahan iklim, yaitu kesiapsiagaan banjir dan bencana hidrometeorologi terkait lainnya. Proyek ini akan mendukung masyarakat dalam menyerap dan beradaptasi dengan dampak banjir tahunan dan mendukung masyarakat pra dan pasca bencana.

Tipologi baru ruang publik “adaptif iklim” akan diuji melalui pengembangan satu ruang publik multiguna di Samarinda, Indonesia, sebagai kota percontohan. Kota Samarinda telah memberikan masukan kritis dan menunjukkan lokasi yang memungkinkan untuk intervensi. Proses desain bergantung pada keterikatan dan keterlibatan masyarakat lokal, serta pemerintah daerah, dan akan menyediakan struktur dan sistem untuk menangani masalah lingkungan kritis yang relevan dengan Indonesia serta konteks global. Ruang publik baru akan mengintegrasikan dan meningkatkan lingkungan perkotaan saat ini di mana ia berada dan secara bersamaan dibayangkan sebagai “jangkar” ekologi-sosial untuk mendukung komunitas lokal, dimensi sosial ruang publik akan ditambah dengan fitur lingkungan untuk membantu masyarakat mengatasi dampak perubahan iklim dan berkontribusi untuk mengurangi jejak ekologis. Keseluruhan Aksiologi dari proyek yang diusulkan adalah untuk mengejar tindakan adaptasi yang konkrit berdasarkan 3 (tiga) tujuan strategis, (1) ketahanan; (2) tanggapan; dan, (3) pemulihan. Melalui tindakan-tindakan ini akan dicapai strategi adaptasi tingkat sistem yang luas dengan berpikir global dan bertindak lokal (glocal).

Proyek ini akan membahas dampak sosial dari banjir pada masyarakat perkotaan, yang mana akan menyediakan infrastruktur dengan tujuan utama ialah membantu masyarakat selama peristiwa banjir. Lingkup utama infrastruktur ini akan berfungsi sebagai tempat berlindung yang aman saat terjadi banjir; Untuk mencapai cakupan ini, ruang publik baru akan terikat juga dengan beberapa bahaya lain yang terkait dengan perubahan iklim pada umumnya, dan banjir pada khususnya. Proyek ini akan memberikan satu ruang publik percontohan. Diharapkan pengetahuan yang dihasilkan dari proyek ini dapat direplikasi ke kota-kota lain di Indonesia dan internasional. Pengetahuan dapat diadaptasi dan disesuaikan dengan komunitas lain dengan perubahan lingkungan yang serupa akibat perubahan iklim

TUJUAN

Tujuan dari proyek/program ini adalah untuk mengembangkan tipologi baru ruang publik yang mempromosikan solusi bangunan dan teknik yang memperbaiki lingkungan, memanen sumber daya dan berkontribusi positif terhadap keseimbangan ekologi keseluruhan kawasan mengikuti pendekatan bioregionalisme.

SASARAN

Untuk memperkuat adaptasi perubahan iklim dan pengetahuan ketahanan dalam masyarakat Indonesia dengan menggunakan lingkungan binaan sebagai pendekatan. Visi proyek adalah untuk membangun ruang publik yang mendukung masyarakat dalam menghadapi dan beradaptasi dengan perubahan iklim. Proyek ini membahas berbagai tantangan lingkungan yang relevan dengan adaptasi iklim; penelitian pendahuluan telah menguraikan hubungan hierarkis pada tantangan-tantangan ini dimana kesiapsiagaan banjir telah diidentifikasi memiliki masalah paling strategis untuk ditangani di kota percontohan. Untuk mendukung masyarakat lokal selama kejadian banjir, kondisi lain yang berhubungan dengan adaptasi iklim akan dibahas dalam strategi keseluruhan sebagai kondisi yang diperlukan untuk beradaptasi dengan peningkatan kejadian banjir ekstrim.

LOKASI 

Proyek ini bertempat di Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur. 

Status: Manajer Hibah

Didanai oleh: Adaptation Fund

Mitra/Pelaksana: Universitas Tujuh Belas Agustus (UNTAG) Surabaya bekerja sama dengan Queensland University of Technology (QUT)

Durasi: 21 November 2022 – 20 Mei 2024

Anggaran: USD $824.835 

Dikelola oleh: Programme Management Unit – Head Office                               

2016

Pada bulan Maret 2016, KEMITRAAN menerima akreditasi internasional dari Adaptation Fund. Dewan Adaptation Fund, dalam pertemuannya yang ke-27, memutuskan untuk mengakreditasi KEMITRAAN sebagai National Implementing Entity (NIE) dari Adaptation Fund. KEMITRAAN menjadi lembaga pertama dan satu-satunya lembaga Indonesia yang terakreditasi sebagai NIE Adaptation Fund di Indonesia.

2020

Perjanjian ini ditandatangani antara Green Climate Fund (GCF) dan KEMITRAAN. Perjanjian ini meresmikan akuntabilitas KEMITRAAN dalam melaksanakan proyek-proyek yang disetujui oleh GCF.

 

Untuk diketahui, GCF adalah dana khusus terbesar di dunia yang membantu negara-negara berkembang untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan kemampuan mereka dalam merespons perubahan iklim.

 

Dana ini dihimpun oleh Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) pada tahun 2010. GCF memiliki peran penting dalam mewujudkan Perjanjian Paris, yakni mendukung tujuan untuk menjaga kenaikan suhu global rata-rata di bawah 2 derajat celsius.

2000-2003

KEMITRAAN memainkan peran krusial dalam mendukung pengembangan undang-undang untuk membentuk KPK. Hal ini diikuti dengan langkah mendukung Pemerintah dan DPR dalam memilih calon komisioner yang kompeten dan juga mendukung kelompok masyarakat sipil untuk mengawasi secara kritis proses seleksinya. Setelah komisioner ditunjuk, mereka meminta KEMITRAAN untuk membantu mendesain kelembagaan dan rekrutmen awal KPK, serta memainkan peran sebagai koordinator donor. Sangat jelas bahwa KEMITRAAN memainkan peran kunci dalam mendukung KPK untuk mengembangkan kapasitas dan strategi yang diperlukan agar dapat bekerja seefektif mungkin.

2003

Pada tahun 2003, KEMITRAAN menjadi badan hukum yang independen yang terdaftar sebagai Persekutuan Perdata Nirlaba. Pada saat itu, KEMITRAAN masih menjadi program yang dikelola oleh UNDP hingga akhir tahun 2009. Sejak awal tahun 2010, KEMITRAAN mengambil alih tanggung jawab dan akuntabilitas penuh atas program-program dan perkembangannya.

1999-2000

Kemitraan bagi Pembaruan Tata Kelola Pemerintahan, atau KEMITRAAN, didirikan pada tahun 2000 setelah berlangsungnya pemilihan umum pertama di Indonesia yang bebas dan adil pada tahun 1999. Pemilu bersejarah ini merupakan langkah penting dalam upaya Indonesia keluar dari masa lalu yang otoriter menuju masa depan yang demokratis. KEMITRAAN didirikan dari dana perwalian multi-donor dan dikelola oleh United Nations Development Programme (UNDP) dengan mandat untuk memajukan reformasi tata kelola pemerintahan di Indonesia.

2020

Perjanjian ini ditandatangani antara Green Climate Fund (GCF) dan KEMITRAAN. Perjanjian ini meresmikan akuntabilitas KEMITRAAN dalam melaksanakan proyek-proyek yang disetujui oleh GCF.

Untuk diketahui, GCF adalah dana khusus terbesar di dunia yang membantu negara-negara berkembang untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan kemampuan mereka dalam merespons perubahan iklim.

Dana ini dihimpun oleh Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) pada tahun 2010. GCF memiliki peran penting dalam mewujudkan Perjanjian Paris, yakni mendukung tujuan untuk menjaga kenaikan suhu global rata-rata di bawah 2 derajat celsius.

1999-2000

Kemitraan bagi Pembaruan Tata Kelola Pemerintahan, atau KEMITRAAN, didirikan pada tahun 2000 setelah berlangsungnya pemilihan umum pertama di Indonesia yang bebas dan adil pada tahun 1999. Pemilu bersejarah ini merupakan langkah penting dalam upaya Indonesia keluar dari masa lalu yang otoriter menuju masa depan yang demokratis. KEMITRAAN didirikan dari dana perwalian multi-donor dan dikelola oleh United Nations Development Programme (UNDP) dengan mandat untuk memajukan reformasi tata kelola pemerintahan di Indonesia.