Teknik bercerita memiliki daya tarik yang mampu memikat perhatian masyarakat terhadap kerja-kerja organisasi. Melalui cerita, audiens dapat bersepakat dengan hal-hal yang dituliskan atau digambarkan kepada pencerita tanpa merasa didikte. Inilah yang mendorong KEMITRAAN mengadakan peningkatan kapasitas internal organisasi, dalam hal kemampuan Brand Storytelling atau Pengisahan Jenama. Pelatihan ini dilaksanakan secara online melalui platform zoom,pada 23-24 Februari 2022. Pelatihan ini merupakan bagian dari Project Think Climate Initiative yang didukung oleh IDRC Canada dan Oak Foundation.
Windy Ariestanty yang hadir sebagai pengajar telah lama berpengalaman sebagai penulis, editor, dan pegiat literasi di komunitas Patjar Merah.
“Sebuah cerita bisa menjadi salah satu cara efektif untuk menyebarkan kesadaran akan isu penting yang ingin disampaikan. Teknik penceritaan yang baik dapat menjadi investasi jangka panjang karena hampir semua komunikasi, pekerjaan dan pendekatan menggunakan teknik ini (penceritaan),” tutur Windy di awal pelatihan.
Tren teknik pencitraan sudah berlangsung selama lima tahun dan dipraktekan di berbagai perusahaan. Berdasarkan hasil temuan Visme.co, 92% masyarakat sekarang lebih menginginkan melihat iklan yang disampaikan dengan gaya bercerita.
Dalam kaitannya dengan kerja-kerja organisasi, Windy menyarankan, “Untuk membuat orang lain terlibat dalam program kita, penting untuk tidak menggunakan komunikasi instruktif, melainkan persuasif. Membuat orang lain merasa apa yang kita perjuangkan adalah hal yang mereka pedulikan. Sehingga audiens merasa penting untuk terlibat.”
Selama pelatihan ini, Windy menegaskan bahwa penceritaan jenama akan mengubah cara kita berbicara tentang siapa kita, apa yang kita lakukan dan nilai-nilai yang disampaikan. Dengan keterampilan bercerita, dapat menjadi cara jitu ketika orang-orang tidak lagi tertarik mendengarkan iklan dari sebuah produk, tetapi cerita di balik produk tersebut.
Dalam pelatihan, peserta yang terlibat mendapatkan pemahaman baru seperti yang dirasakan oleh Riana, librarian KEMITRAAN, “Dalam pengisahan jenama, masa kejatuhan juga perlu diceritakan sebagai proses dari keberhasilan yang akan membuat tulisan lebih menarik. Penceritaan jenama tidak melulu tentang kesuksesan suatu organisasi.”
Pemahaman baru lainnya diungkapkan oleh Widya, Project Officer KEMITRAAN, “Menulis dengan mengelaborasikan empati penting diterapkan bagi saya, orang yang bekerja di lapangan. Tulisan yang mengandung empati akan membuatnya terasa hidup dan tidak kering.”
Pelatihan pengisahan jenama ini diharapkan dapat membuat produk-produk komunikasi KEMITRAAN menjadi lebih kreatif dan menggugah audiens, sehingga publik lebih mampu mengenali siapa itu KEMITRAAN dan kerja-kerjanya di tingkat nasional, daerah, bahkan di tingkat tapak.